Judul :
Girl Talk
(60 perempuan, 30
kisah. Yang mana kisah hidupmu?)
Penulis :
Lala Purwono
Tebal : 181 halaman
Tahun Terbit : 2012
Penerbit : Stiletto Book
ISBN : 978-602-7572-05-8
Harga : Rp. 36.000
SINOPSIS
Mereka bicara tentang cinta, tapi juga tentang
sakit hati karena cinta yang mengikat
terlampau erat.Mereka bicara tentang rahim yang tak
pernah menjadi tempat singgah seorang bayi mungil, tapi juga tentang perut
membuncit yang bisa berarti akhir dari segalanya.
Mereka bicara tentang ketakutan pada ikatan pernikahan, tapi juga ketakutan menghabiskan seumur hidup mereka dalam kesendirian.
Mereka bicara tentang rasa egois seorang lelaki,
tapi mereka mengakui tak bisa hidup tanpanya.
Ya, mereka 60 perempuan ini, berbicara tentang kisah hidup mereka. Di antara 30 kisah ini, yang manakah kisah hidupmu?
Berawal dari
rekomendari teman di kantor dulu, Anis, yang mati-matian merekomendasikan buku
ini. Girl Talk. Sama seperti judulnya. Novel karya Lala Purwono ini berisikan
obrolan seputar masalah ‘hati’ perempuan. Tidak hanya sekedar obrolan
gosip-gosip murahan, namun cenderung tentang suara hati perempuan serta cara
pandang orang di sekitarnya seputar masalah tersebut.
Seperti pada judul Why
Do People Get Maried, disini terdapat perdebatan dua sahabat tentang
alasan-alasan mengapa seseorang memutuskan untuk menikah. Sebut saja A yang menyatakan
bahwa alasan seseorang menikah, tidak ada satupun yang memuaskan, baginya. Jawaban
dari alasan tersebut terbilang normatif, ya jawaban orang kebanyakanlah. Seperti,
karena melanjutkan keturunan, sudah takdir, hingga kewajiban. Lalu, manakah
alasan yang tepat? Saya sendiri tidak tahu. Karena setiap orang memiliki
alasannya masing-masing, atau mungkin justru tidak (harus) punya alasan untuk
menikah?.
Saya suka beberapa
judul yang sesungguhnya adalah sebuah perumpamaan. Seperti topik The
Hermes Bag yang diumpamakan sama dengan seorang kekasih yang harus
dijaga. Dijaga bukan dalam artian possesive, namun lebih memperhatikannya dan
tidak mudah percaya dengan sahabat kita. Maksudnya apa? Begini saja, saat
kekasih yang kita sayangi (disini diumpamakan seperti Tas Hermes yang dengan
harga puluhan atau ratusan juta), justru memilih putus dan berpacaran dengan
sahabat kita. Masih nggak mudeng? Intinya, aku suka dengan pernyataan ini,
“.. mungkin salahku
juga karena meletakkannya di sembarang tempat, dan percaya kalau nggak bakal
ada yang nekat ngambil. Aku lupa, kalau tas semahal itu pasti banyak yang
mau...”
Topik yang
dibahaspun beragam mulai dari seputar memiliki keturunan, perselingkuhan,
hubungan beda agama dan beberapa masalah yang biasa dihadapi kaum perempuan
lainnya. Saya sangat suka buku ini, karena sifatnya sharing saja seputar
pendapat yang pada umumnya beredar dimasyarakat tentang ‘sosok’ perempuan serta
bagaimana menghargai pendapat serta jalan hidup yang dipilih orang lain. Ya,
menghargai. Tanpa mencaci apalagi ikut mentertawakannya.
Namun, awal membaca
buku ini saya suka bingung dengan tokoh siapa yang sedang bicara. Karena tanpa
menyebut nama, hanya obrolan antara si A dan B. Saya baru paham setelah membaca
untuk yang kedua kalinya. Tapi tidak semuanya kok, beberapa kisah memang saling
bertautan dan menyebutkan subjeknya.
Baca buku ini
serasa ngobrol saja sama diri sendiri :)
Kok malah keterusan
nulisnya? Hehehehe..
apapun kesayangan kita, memang wajib dijaga sepenuh hati. karena bisa jadi kita harus merasakan kehilangan dulu baru bisa merasakan rasa memiliki. nice review, mba aulia :)
BalasHapus